Pagelaran Seni Budaya dan Teater Musikal dalam Rangka Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
SINGAPURA – Sekolah Indonesia
Singapura tak hanya menjadi tuan rumah untuk kunjungan dari sekolah-sekolah
sahabat, namun juga pada Minggu, 3 Maret 2013, Badan Narkotika Nasional
mengadakan kunjungan edukatif dan penyuluhan kepada segenap masyarakat
Indonesia yang berdomisili di Singapura. Tak hanya pertunjukan seni tari dari
para Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) yang tergabung dalam kursus
keterampilan dan Universitas Terbuka, beberapa siswa dan siswi SMP/SMA Sekolah
Indonesia Singapura juga dilibatkan untuk mempersembahkan sebuah pertunjukan
drama komedi.
Pengunjung sudah mulai bersesakan di
dalam hall ketika para pemain gamelan dan penari tarian daerah memulai latihan.
Pukul 11.20, acara dimulai. Dipandu dengan Bapak Yayat Rudiyat selaku pembawa
acara, dan Suara riuh rendah gamelan dan campursari menyambut kedatangan Duta
Besar RI untuk Singapura, Bapak Andri Hadi, para staf Kedutaan Besar RI, dan
perwakilan anggota BNN. Campursari langsung dilanjutkan dengan Tari Perahu
Layar, Tari Gandrung Dor dari Jawa Timur. Pembacaan puisi dari Amug menutup
rangkaian acara pertama ini, Pagelaran Seni Babak 1.
Dengan usainya Pagelaran Seni Babak
1, sambutan-sambutan mengisi susunan acara selanjutnya. Sambutan pertama dipersembahkan
oleh Deputi Bidang Pencegahan BNN, Bapak Yappi Manafi. “Kami mendapat mandat
dari Presiden RI untuk melakukan kampanye pencegahan di luar negeri. Menurut
data yang diperoleh dari Kementrian Luar
Negeri Republik Indonesia, terdapat 328 kasus TKI yang terancam hukuman mati di
luar negeri. Dari angka tersebut, 203 orang merupakan kasus TKI terancam
hukuman mati dengan dakwaan terkait narkoba.” ujar Bapak Yappi Manafi pagi itu
dengan berapi-api. Sambutan selanjutnya diberikan oleh Duta Besar KBRI
Singapura, Bapak Andri Hadi dan langsung dilanjutkan dengan serah terima
cinderamata. Segmen ini diakhiri dengan pembacaan doa.
Dengan selesainya pembacaan doa,
Pagelaran Seni Babak 2 pun dimulai. Saat inilah para siswa Sekolah Indonesia
Singapura yang terlibat dalam pementasan drama komedi mempersiapkan diri di
belakang panggung. Segmen ketiga ini dibuka dengan penampilan tari daerah
Yapong dari Jawa Barat dan diikuti dengan penampilan rebana.
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Drama
yang dibuat oleh Bapak Arief Rahman ini mengangkat tema insiden yang terjadi
baru-baru ini, seorang selebriti Tanah Air yang terjaring penyalahgunaan
obat-obatan terlarang, Raffi Ahmad. Sekitar 15 siswa-siswi mulai dari kelas 8
SMP sampai 12 SMA terlibat dalam penampilan drama ini. Adegan dibuka dengan
latar belakang studio perekaman salah satu acara musik. Ichsan Ramadhan Muchlis
(8 SMP) yang berperan sebagai floor
director memberikan instruksi pada seluruh penonton bayaran yang berada
disana. Keanehan mulai terjadi ketika ada salah satu penonton, diperankan oleh
Dimas Firmansyah (8 SMP), yang menolak untuk mengikuti instruksi. Tak lama
kemudian, acara musik yang dinamai “Dahjat” pun dimulai. Ketika music
dimainkan, Asyifa Maunia (10 SMA) dan Kemas Dzaky Andhika (10 SMA) selaku
pembawa acara “Dahjat” mengambil alih babak kedua. Kecurigaan dan masalah
semakin teridentifikasi dalam babak ini. Arief Hardian Sjahputra (8 SMP)
memainkan peran sebagai agen intelejen BNN yang bernama Briptu Normal membaur
dengan penonton bayaran lainnya. Puncak masalah terjadi ketika “Kanjeng Band”
membawakan sebuah lagu. Harvin Thedeolin Finsen (10 SMA) yang berperan sebagai
vokalis dari “Kanjeng Band” membuat kekacauan dengan wajahnya yang lesu dan lupa lirik pada bagian reff. Sang floor director menegur “Kanjeng Band”
atas penampilan buruknya saat break time
tiba. Kekacauan semakin memuncak ketika gitaris Kanjeng Band, Bayu Adi Hananto
(11 SMA IPS) menginterogasi vokalisnya dan memaksanya mengaku telah mengonsumsi
narkotika.
Kemas Dzaky Andhika yang perannya
mewakili Raffi Ahmad, menyarankan vokalis Kanjeng Band untuk mengonsumsi
metilon saja sebagai penghilang stress. Malangnya, adegan ini tercium oleh agen
intel BNN yang tengah membaur tersebut. Ketika berbagai perdebatan sudah
berhasil dilewati, “Dahjat” diinstruksikan kembali on air. Namun sebelum sempat on
air, Briptu Normal akhirnya menampakkan diri ke hadapan penonton dan
meminta acara untuk dihentikan. Dengan tuduhan mengonsumsi narkoba, vokalis
Kanjeng Band, presenter Dahjat, dan salah satu penonton bayaran dibawa ke
kantor polisi untuk diinterogasi. Drama komedi ini ditutup dengan pembacaan
puisi oleh Nurkhairana Aryanti (10 SMA) yang berjudul “Genderang Perang
Narkoba” karya Taufiq Ismail. Tak sia-sia rasanya mengadakan latihan terhitung
dari dua minggu sebelumnya.
Sesi terakhir sekaligus menjadi inti
acara dari penyuluhan yang bertema “Pergelaran Seni Budaya Teater Musikal dalam
Rangka Pencegahan penyalahgunaan Narkoba di Singapura” ini dibawakan oleh Bapak
Benny J. Mamoto dari Deputi Pemberantasan BNN. Dengan semangat meggebu-gebu,
Bapak Benny J. Mamoto mempresentasikan modus-modus operandi yang dilakukan oleh
banyak pengedar narkoba untuk menjebak para TKI sehingga mereka ikut menjadi pengedar
narkoba, dengan sadar maupun tidak sadar. Tak lupa, para pemain drama tadi tak
luput dari perhatian dan pujian beliau.
Para audience yang sebagian besar terdiri dari TKI, tampak menyimak
secara seksama. Banyak taktik yang sudah berhasil terendus dari kasus-kasus
penyelundupan narkoba yang melibatkan banyak tenaga kerja asing, khususnya
warga negara Indonesia. “Seorang WNI ditangkap di China karena terlibat dalam
penyelundupan narkoba. Wanita ini dijadikan istri, lalu dihamili, dan dijadikan
kurir oleh sebuah sindiket penyelundup narkoba. Sindikat penyelundup ini
menggunakan wanita hamil sebagai kurir narkoba mereka karena hukum di China
menyebutkan bahwa wanita hamil warga negara asing yang terlibat kasus pidana
tidak dihukum, tetapi langsung dideportasi.” ujar Bapak Benny. Tak ada kata
maaf dalam kamus beliau untuk narkoba.
Berbagai taktik lain yang digunakan
para sindikat pengedar narkoba juga tak kalah “kreatif”. Ironis, bahkan
kreativitas unggul pun masih bisa disalahgunakan untuk hal-hal yang membawa
musibah. Beberapa contohnya adalah: narkoba yang diedarkan disimpan di dalam
lapisan koper, di dalam pembalut wanita, dan bahkan di dalam kaki palsu. Para
sindikat tersebut biasanya juga mengincar dan mempergunakan para TKI yang
mengalami krisis finansial, terkena PHK, dan membutuhkan uang untuk ditransfer
ke kampong halaman.
Setelah memberikan penyuluhan dan
peringatan, Bapak Benny J. Mamoto mengadakan sesi tanya jawab dengan hadirin.
TKI di Singapura yang tergabung dalam Universitas Terbuka ataupun kursus-kursus
keterampilan ternyata sangat aktif dan kritis. Mereka menanyakan apa saja yang
mengganjal pikiran mereka tentang narkoba. Tak kalah kritis, Bapak Benny
menanggapi dan menjawab semua pertanyaan hadirin dengan jawaban yang memuaskan.
Pergelaran seni budaya dan teater
musikal dalam rangka mencegah penyalahgunaan narkoba kali ini sungguh menuai
sukses yang besar. Cara ini terhitung efektif untuk memberikan nuansa baru
dalam melakukan penyuluhan tentang narkoba. Selain edukatif dan inspiratif, penonton
tidak dihadapkan dengan presentasi yang terkesan membosankan. Say no to
narkoba! [Rana]
Makasih
ReplyDelete